Kisah Syekh siti jenar dan kematian nya
Ajaran ajaran nya tertuang dalam karya sastra buatannya sendiri yang disebut (Pupuh) yang berisi budi pekerti.Ajarannya yang paling kontroversial adalah dengan konsep hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan.
Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian.
Sebaliknya apa yang disebut umum sebagai kematian, justru sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi olehnya. Para pendukung Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan.
Ajaran itu bukan dianggap sebagai bercampurnya dzat Allah dengan makhluk Nya, melainkan sifat-sifat Allah yang memancar pada manusia, setelah manusia sudah melakukan proses fana. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan sifat-sifat Tuhan disaat manusia telah melakukan proses fana "Manunggaling Kawula Gusti".
Perbedaan penafsiran ayat Al Qur'an ini menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Allah. Syekh Siti Jenar mengajarkan ilmu ma’rifat dan hakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh Dewan Walisongo hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid.
Menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentang tauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembali menyatu dengan yang menciptakan. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah.
Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas. Pemikiran Syekh Siti Jenar soal menyatunya hamba dengan Tuhan dinilai banyak kalangan tidak tepat karena Tuhan itu tidak manunggal.
Ajaran Syeh Siti Jenar ini pun terungkap saat para wali dan sejumlah tokoh Islam menggelar pertemuan di Istana Argapura. Di hadiri Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Tan Go Wat alias Syekh Bentong, Pangeran Palembang, Panembahan Madura dan juga Syeh Siti Jenar.
Masing-masing pemuka agama Islam itu menyampaikan pemahaman dan pengetahuan mereka tentang agama. Di saat Syekh Siti Jenar mendapat hak bicara, dia menjelaskan pemikirannya dengan gamblang. Dan, itu membuat seluruh wali tersentak.
Menyembah Allah dengan bersujud, serta rukunya, atau kata lain sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga, begitulah dia berkata.
Saat itu juga, para wali meminta Syekh Siti Jenar bertobat. Syekh Siti Jenar dianggap menyamakan diri dengan Tuhan. Tetapi Syekh Siti Jenar tetap pada pendiriannya dan bahkan ia tegas menjawab, “Biar jauh tapi benar, sementara yang dekat belum tentu benar.”
Kematian Syekh Siti Jenar
Terdapat 6 versi kisah kematian syekh Siti jenar yaitu:
1. Syekh Siti Jenar meninggal dihukum mati oleh Sultan Demak, yaitu Raden Patah, atas persetujuan Dewan Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan Bonang.
Sebagai pelaksana hukuman pancung oleh Sunan Kalijaga, dan eksekusi hukuman dilaksanakan di alun alun Kesultanan Demak.
Versi ini itulis Ki Sosrowidjojo.
2. Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai pelaksana hukuman adalah Sunan Gunung Jati.
Eksekusi ini dilakukan di Masjid Ciptarasa Cirebon. Jenazahnya dimandikan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Giri, lalu dimakamkan di Graksan, yang kemudian disebut sebagai Pasarean Kemlaten. Versi ini tertulis dalam wawacan Sunan Gunung Jati Pupuh ke 39 karya Emon Surya atmana dan T.D. Sudjana.
3. Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Giri, dan sebagai pelaksana hukuman mati Sunan Gunung Jati.
versi hukuman ini diberikan Sunan Giri atas usulan Sunan Kalijaga.
4. Hukuman mati yang dijatuhkan Sunan Giri. Peristiwa kematian Syekh Siti Jenar versi ini dikisahkan dalam Babad Demak.
Menurut Babad Demak, Syekh Siti Jenar meninggal bukan karena kemauannya sendiri karena dengan kesaktiannya, ia dibunuh oleh Sunan Giri. keris yang ditusukkan ke badan nya hingga tembus ke punggung dan mengeluarkan darah berwarna kuning.
Mengetahui bahwa suaminya dibunuh, istri Syekh Siti Jenar menuntut bela kematian itu kepada Sunan Giri. Sunan Giri menghiburnya dengan mengatakan bahwa dia bukan yang membunuh Syekh Siti Jenar tetapi dia mati atas kemauannya sendiri.
Diberitahukan juga bahwa suaminya kini berada di dalam surga, Sunan Giri meminta dia melihat ke atas dan di sana dia melihat suaminya berada di surga dikelilingi bidadari yang agung, duduk di singgasana yang berkilauan.
Kematian Syekh Siti Jenar dalam versi ini juga ditulis dalam Babad Tanah Jawa yang disadur S Santoso, dengan versi sedikit berbeda.
5. hukuman mati Syekh Siti Jenar dijatuhkan oleh Sunan Gunung Jati, sedangkan yang menjalankannya adalah Sunan Kudus.
Kematian Syekh Siti Jenar versi ini dapat ditemukan dalam Serat Negara Kertabumi suntingan Rahman Selendraningrat.Kisah ini terlihat bercampur dengan kisah eksekusi Ki Ageng Pengging yang dilakukan Sunan Kudus.
6. Dijatuhi hukuman mati oleh Wali Songo, Anggota Wali Songo mendatangi Syekh Siti Jenar untuk mengeksekusi.
Namun hukuman tak jadi dilakukan karena Syekh Siti Jenar memilih cara kematiannya sendiri dengan memohon kepada Allah agar wafat tanpa dihukum pihak sultan dan para sunan.
Ia ingin menemui kematian nya seperti yang telah ditetapkan Allah. Versi ini yang digubah oleh (Ki Sosro widjojo), dan disebarkan oleh Abdul Munir Mulkan.
Dari kisah Syekh Siti Jenar semoga kita dapat mengambil hikmah kejadian tersebut, Dan menjadikan nya pelajaran.
Jika terdapat salah-salah kata saya mohon maaf sebesar-besar nya, Dan jika terdapat kebenaran, Itu semata-mata datang nya hanya dari Allah Swt.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Syekh siti jenar dan kematian nya"
Posting Komentar